Gajah Mati Meninggalkan Gading

on Jumat, 07 Desember 2012
Ijinkan saya bercerita tentang  gajah pemberani.


Di sebuah kebun binatang yang terletak di Daerah Jember Selatan, sebut saja kebun binatang "Pak Slamet Widodo Zoo" terdapatlah kandang gajah. Kandang ini hanya dihuni oleh gajah jantan. Tempatnya sempit, bau, tak terawat, dan tak ada kamar mandi dalam. Sedangkan gajah betina, kandangnya elit, selain ada sauna untuk gajah obesitas yang ingin diet, ada juga spa khusus untuk gajah yang ingin merasakan relaksasi. Entah alasan apa yang membuat Pak Slamet Widodo melakukan ini semua. Hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.

Gajah-gajah jantan mulai jenuh dan merasakan adanya diskriminasi di kebun binatang ini. Disela-sela kejenuhan, muncullah seekor gajah jantan yang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia berdiri dihadapan segerombolan gajah-gajah lainnya. Dengan badannya yang besar, mata yang sipit, telinga yang lebar, dan belalai yang panjang (ya iyalah!), gajah yang berzodiak Pisces ini mulai merencanakan strategi untuk segera keluar dari kandang yang sudah tidak layak huni ini. Dia memberikan motivasi kepada rekan-rekan gajah lainnya. Dia belum memperkenalkan dirinya karena belum ada yang bertanya siapa namanya, jadi saya menyebutnya gajah satu.

Gajah satu : muooo...muuu ..ooo.!! (kita tidak bisa seperti ini terus menerus berada dalam suasana yang kita sendiri tidak tau tujuannya!)
Segerombolan gajah : Muuo? (apa maksudmu anak muda?)
Gajah satu : Muuu..ooo..ooo..muuu.. (reformasi.. kita harus segera melakukan perubahan..)

Untuk percakapan antar gajah selanjutnya, berhubung saya capek dan lelah meng-translate suara gajah, ada baiknya saya akan langsung terjemahkan dengan bahasa manusia.




Segerombolan gajah ini terlihat antusias, mata mereka tampak bergairah mendengar usulan gajah satu ini. "Siapa gerangan namamu wahai anak muda?" tanya salah satu gajah yang berdiri paling belakang. Dia benar-benar berdiri seperti manusia dengan dua kaki, maklumlah namanya juga eks gajah sirkus. "Pak Slamet memberiku nama Cahyono tapi aku tidak suka nama itu!" sahutnya dengan nada emosi, "Kalian bisa panggil aku James!" Berhubung tidak tahu harus merespons apa, gajah-gajah yang lainnya nurut aja.

James : "Rencana kita adalah mendobrak pintu ini!"
Segerombolan gajah : "tapi bagaimana caranya?"
James : "Ya di dobrak rame-ramelah, bego!"

Isi kandang terasa hening.

Beberapa segerombolan gajah merasa tidak yakin dengan usul James. James yang melihat gerak gerik gajah yang meragukan usulnya kemudian berdiri di depan sekumpulan gajah tersebut. James benar-benar berdiri dengan dua kaki seperti manusia karena dulu James sempat kerja bareng dengan gajah yang di paragraf sebelumnya juga melakukan hal yang sama.

"Yang merasa setuju dengan usulku, mohon berdiri!" Seru James dengan tatapan tajam. Hanya satu gajah yang bisa berdiri, yaitu eks gajah sirkus tadi, teman kerja James, yang bertanya di paragraf sebelumnya, itu lho, pokoknya gitu lah.

Setelah melewati masa-masa yang sulit dimana para gajah ini mencoba untuk berdiri-terjatuh-berdiri lagi demi menyetujui usulan James, akhirnya tibalah waktu untuk melaksanakan usulan tersebut. Segerombolan gajah berdiri di belakang James yang siap untuk memberi aba-aba dan komando (kek nama pulau di Indonesia, pulau komando (itu komodo, nyet!)). James berpindah dan kemudian berdiri di sebelah pintu kandang yang terbuat dari batangan besi. "Kalian siaaaaaap!" teriak James dengan bahasa gajahnya yang disusul dengan teriakan-teriakan gajah-gajah lain. Suara teriakan para gajah ini sangat keras, memecahkan keheningan, kandang gajah bergetar hebat, daun-daun berguguran, dan lain-lain dan lain-lain. 

"Bruak dhueng!" begitulah kira-kira suara pintu kandang setelah kena serudukan pertama segerombolan gajah. "Bruak dhueng (lagi)!" begitulah kira-kira suara pintu kandang setelah kena serudukan kedua segerombolan gajah. "Bruak dhueng (lagi dan lagi)!" begitulah... bla..bla..bla.. setelah kena serudukan ketiga segerombolan gajah. Gitu terus sampai akhirnya pintu kandang gajah itu rusak dan terlepas dari tempatnya.

"Uuumoooo...moooo...!!" teriak James atau dalam bahasa manusia setara dengan kata seruan "Voila! Bingo! Eureka!". Gajah-gajah ini berlarian secara brutal. Mereka berlari secara membabi buta.. umm, maksud saya.. mereka berlari secara menggajah buta. Mereka memanfaatkan moment ini untuk menyeruduk semua yang ada dihadapan mereka. Mereka meluapkan emosi ke pohon, tembok, bahkan temannya, sahabatnya, dan beberapa anggota keluarganya sendiri ada yang kena seruduk, namanya juga menggajah buta, tak peduli sanak saudara. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kena seruduk juga, misalnya, James berusaha mengendalikan keadaan. "Teman-teman, tenanglah, tenang! Kita telah bebas! Tenangkan diri kalian!" Seru James di tengah-tengah kerumunan gajah yang brutal. Kemudian terdengarlah suara "Bruak dhueng!" yang bisa kita tebak itu adalah suara.. bukan.. itu bukan suara bla..bla..bla.. tapi itu adalah suara James kena seruduk dan menabrak pintu besi kandang yang terlepas. 

Setelah melihat James sang pemimpin kebebasan terpental dan terlihat tak berdaya karena serudukan temannya sendiri, suasana yang awalnya gaduh perlahan tenang. Suasana hening pun menyeruak di seluruh sendi-sendi dan relung hidup seantero kandang gajah. Kondisi James pasca serudukan sangat mengenaskan. Giginya patah dan keluar ingus dari dalam lubang hidung belalainya yang terjuntai pasrah di atas tanah.

Dengan segenap tenaga yang tersisa, James berusaha bangkit dan berdiri. Kali ini dia berdiri di atas keempat kakinya. Mulutnya bergetar, seperti ada yang ingin disampaikan. Dengan segenap tenaga yang tersisa lagi dan suara lirih pun keluar dari mulut James. Seolah-olah berwasiat, James pun berpesan :

"Hentikanlah kegaduhan ini, tenanglah. Kembalilah kalian ke kandang karena di sanalah sebaik-baiknya tempat kita tinggal. Walaupun sempit, tapi di sanalah kita membangun kerjasama, membangun hubungan yang erat dalam kekeluargaan. Bilanglah tempat itu sempit, tapi rasa kekeluargaan kita tak terbeli".

Setelah memberikan wasiat yang random itu, James pun mati meninggalkan gading. Segenap gajah pun menangisi kepergian James. Gading James pun di bawa oleh Pak Slamet Widodo dan menggunakannya sebagai gantungan kunci. 

Sekian.

0 omongan:

Posting Komentar

Pages