Sakit gigi ini sekeras pukulan Cris John

on Minggu, 10 Juni 2012
*Bersih-bersihin debu yang nempel di blog*

Gila, udah lama gue gak ngeblog. Terakhir gue ngeblog tanggal 15 April. Bertepatan dengan peringatan 100 hari tenggelamnya kapal Titanic. Bertepatan dengan Demonstrasi Tiananmen di China. Bertepatan juga dengan bertambahnya para jomblo di Indonesia karena on this day Aurel resmi putus dengan pacarnya Farid Irfan Siddik. Nama mantan pacar Aurel ini mirip dengan nama gue tapi apapun yang kamu pikirkan, saya bukanlah mantan dari cewek yang doyan berdandan menor itu.

Ini postingan kedua gue tentang sakit gigi. Postingan sebelumnya ada di sini. Entah kenapa gue akrab banget dengan yang namanya sakit gigi. Seolah-olah kita berdua ditakdirkan untuk selalu bertemu di dunia yang fana ini. Sebelumnya sempat sembuh setelah meminum beberapa obat sakit gigi mulai dari Ponstan, tolak angin, dan Ponstan yang dicampur dengan tolak angin (gue sakit giginya sambil begadang, jadi masuk angin).

Sakit gigi ini hampir membuat gue gila. Tiap kumat, bawaanya pengen ngais-ngais tanah sambil gigit tabung gas elpiji 3 kg sampe meledak. Kumatnya itu gak mengenal waktu. Waktu krusial yang sering di datangi adalah jam-jam menjelang gue tidur. Sumpah, itu gak enak banget. Di saat gue tidur dengan harapan mimpi bertemu dengan Aura Kasih. Saat terlelap, yang mampir ke mimpi gue malah Cris John yang datang dari sudut biru dan nonjok-nonjokin kepala gue dengan brutal, gue terbangun dan tersadar, ketika itu juga sakit gigi menyerang. Sakit gigi gue resmi kumat dan membuat gue teriak-teriak nahan sakit seperti orang yang kesurupan jin dari laut selatan yang lagi sakit gigi juga.

Dan yang gak enaknya, sakit gigi ini suka datang di saat yang gak tepat. Contohnya dua hari yang lalu, saat keponakan gue ada yang ulang tahun. Entah yang keberapa. Gue datang ke sana hanya dengan membawa niat dan harapan, tanpa kado. Niat gue pengen nyicipin kue tart full coklat, dan harapan agar dapat makan kue tart full coklat dengan porsi yang berlebihan, dan sekali lagi, tanpa kado. Niat dan harapan yang berlebihan itu menggambarkan kalo gue itu lagi laper dan mirip orang-udik-pelit-yang-jarang-nyicipin-kue-tart.

Ada tiga hal yang gak bisa dihindari di acara ulang tahun adalah :
1. Nyanyi lagu wajib "selamat ulang tahun" yang di mix bolak balik sampe mulut gue belepotan ngikutin liriknya.
2. Durasi nyanyi yang terlampau lama dan membuat kue tart itu terlihat 10x lebih enak di mata gue yang udah lapar.
3. Berisik.

Selama ritual nyanyi lagu "Selamat Ulang Tahun" yang legendaris itu berkumandang, mata gue fokus ke kue tart yang terhias indah di atas meja. "Kue tart full coklat, come to papa, nak!". Perut gue meronta-ronta. Cacing-cacing di perut berusaha keluar untuk mencicipi. Dengan ribuan kalimat sabar yang terucap, gue berusaha menahan nafsu yang sudah kehilangan kendali ini. Sejenak gue berpikir, beruntung gue bukan Dr. Bruce Banner yang doyan ngamuk dan sewaktu-waktu bisa berubah menjadi Hulk kalo nafsunya lagi gak terkendali gini. Jadi, acara ulang tahun keponakan gue ini gak sempet gue obrak-abrik. Gak kebayang kalo gue jadi Hulk dan ngamuk-ngamuk frontal, acara ulang tahun keponakan gue ini akan menjadi acara ulang tahun paling suram yang pernah ada.

Setelah berusaha menahan diri untuk gak berubah menjadi Hulk, dengan segenap rasa syukur, akhirnya sampai juga ke moment bagi-bagi kue tart. Exicted. Keponakan gue terlebih dahulu membagi kuenya ke temen-temen sebayanya. Gue elus-elus dada, Sabar lagi. Sampai akhirnya gue kebagian. 

Setelah kue tart ditangan, ada rasa kecewa. Porsi kue tart gue gak sesuai  harapan gue sebelumnya. Porsinya ternyata sama dengan porsi anak-anak kecil yang mendominasi acara tersebut. Ini sedikit! (teriak gue dalam hati). Gue terima dengan hati sedih dan gundah gulana.

Show must go on.

Gigitan pertama, terasa nikmat. Gigitan kedua, coklatnya terasa sampai ujung lidah. Gigitan ketiga, MONYET!! SAKIT GIGI GUE KUMAT!!. Gue gak melanjutkan gigitan keempat. Gue mengheningkan cipta sejenak untuk menikmati setiap cenutan sakit gigi ini. Gue memandang kue tart yang ada di tangan dengan tatapan nanar. Haruskah aku melanjutkannya atau cukup sampai di sini aja?

Bodo amat!! gue dengan brutal melahap habis kue tart yang dari tadi manggil-manggil minta di gigit. Nikmatnya kue tart dan perihnya sakit gigi bertarung sengit di dalam mulut. Gue gak peduli. Dalam proses hidup, kenikmatan selalu dibarengi dengan kepahitan. Dan itu yang gue alami 2 jam kemudian.

Setelah acara bubar, gue meronta-ronta minta tolong di kost. Pukulan Cris John ke gigi gue bener-bener telak. Gue tiduran di kost dengan gigi babak belur. Gue menyerah, angkat tangan. KO.

0 omongan:

Posting Komentar

Pages