Ketika Ketakutan Muncul Pada Saat Mencintai

on Selasa, 19 Juni 2012
Entah kenapa hari ini pengen banget ngeblog dengan tema yang paling universal. Cinta. Cinta adalah tema yang sangat universal untuk dibahas, tapi sebelum memulai postingan kali ini, ada pertanyaan yang mengganjal saat pertama kali gue ngetik kalimat pertama di paragraf ini, 

apa itu universal?

Cinta adalah bingkisan terindah dari Tuhan untuk hambanya. Tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, aku, kamu, dia, dan mereka, semua kebagian rasa cinta ini. Sebenarnya gue males kalo membahas tentang cinta. Kesannya dangdut banget, melow, syahdu, cengeng. Gak ada endingnya dan kadang bikin bingung harus mulai darimana. Gue cupu dalam masalah cinta. Sebagai cowok ciptaan Tuhan dengan seonggok kekurangan yang mendominasi hidup, ada yang mengganjal akhir-akhir ini. Gue merasa : takut jatuh cinta.

Agak bego memang, ada cowok yang menyatakan takut jatuh cinta. Tapi, gue pikir ini perasaan yang wajar ketika ada seseorang yang mendadak takut jatuh cinta. Gue sih yakin perasaan kayak gini itu ada. Takut dikecewain, takut gak sepaham, takut salah menebak, dan takut-takut yang memang gak kesebut semua adalah faktor utama kenapa ada orang yang takut jatuh cinta. Yup, paragraf ini bikin gue tambah bingung.

Sebenarnya gak ada yang perlu ditakuti dalam pembahasan sebuah perasaan, seperti cinta ini. Ketakutan itu wajar, ketakutan itu resiko, ketakutan itu ada. Mau gak mau harus menerima. Gue terima ketakutan itu tapi gue rasa gara-gara ketakutan itulah yang mengundang perasaan untuk tetap terpendam.


Gue muslim, ummm..ralat, gue Islam. Muslim itu predikat untuk seorang Islam yang taat, sedangkan gue, masih menanggung dosa yang kadang gue abaikan. Tapi, gue masih belajar bagaimana mencintai Allah dan Rasulnya.

Gue takut mencintaiNya karena gue sendiri masih sibuk numpukin dosa daripada ngoleksi pahala. Gue sadar, Dia Maha Mencintai hamba-hambaNya dan gue cenderung mencintaiNya dalam keadaan kotor. 

Terdengar gak adil. 

Gue belum bisa menjadi putih suci. Keadaan maksimal terbaik yang gue miliki saat ini mungkin abu-abu. Sebuah warna yang gak putih dan cenderung hitam. Dengan keadaan seperti ini, mencintaiNya yang Maha Suci adalah sebuah ketidaksopanan. Belum merasa menjadi yang terbaik untuk Dia Yang Maha Baik. Gue adalah hambaNya yang labil. Berdoa dan berharap adalah kewajiban, berharap untuk tidak melupakanNya adalah harus.

Gue mencintai Rasulullah tapi jarang mengikuti kebiasaanya. Gue merindukan Rasul tapi jarang membanggakan namanya. Pantaskah gue berharap untuk bertemu beliau kelak? dengan keadaan gini? Gue takut beliau menolak. Beliau memiliki umat yang lebih baik dari gue saat ini. Beliau akan berkumpul dengan umat yang lebih...lebih dalam hal kebaikan apapun dari gue. Gue adalah umatnya yang labil. Bertemu dengannya adalah harapan, menatap wajahnya adalah sebuah kerinduan, menyapanya adalah salam terbaik, memeluknya adalah keinginan tertinggi. 

Manusia (baca : gue) yang labil selabil-labilnya manusia labil berharap bertemu dengan mahkluk ciptaanNya yang paling mulia, dengan keadaan yang jauh dari layak, gue merasa gak sopan. Berusaha menjadi umatnya yang baik adalah niat, dan menjalaninya adalah tantangan.

Gue mencintai dua orang yang paling mulia di muka bumi ini, orang tua. Mereka berdua adalah..ummm...gue gak bisa cerita banyak tentang mereka. Semua manusia udah tau. Kalo ada kesempatan, coba hitung kebaikan mereka sambil memandang bintang untuk perbandingan. Temukan jumlah bintang-bintang itu dan bandingkanlah dengan kasih sayang yang mereka berikan dari kamu kecil sampai....sampai tiba dibatas waktu dimana mereka akan kekurangan waktu untuk memperhatikan dirimu karena kesibukanmu.

Ketakutan gue muncul jika ada masa dimana gue gak bisa memberikan yang terbaik untuk mereka. Niat untuk menjadi yang terbaik adalah niat yang paling berat untuk dijalani sekalipun terbuka jalan yang lebar dan luas untuk bisa membahagiakan mereka. Waktu adalah masa yang terbatas. Gue takut gak sempat membahagiakan mereka. Gue anak yang belum sepenuhnya berbakti. Belum berguna, belum menjadi yang terbaik. Gue sadarlah, walaupun sampe berkeringat darah, itu belum membantu gue untuk mendapatkan predikat "anak paling berbakti di semesta ini". Gue masih punya mimpi, ummm..bukan..bukan mimpi sih, sesuatu yang harus terwujud, yaitu berguna sampe mati.

Mencintai seseorang adalah tahap yang paling random kalo membahas cinta. Di jaman gue sekolah, tiap deket dengan cewek yang suka ngasi perhatian berlebih, jatuh cinta adalah moment yang gak bisa gue hindari. Berusaha ngeles kalo gue gak suka dia tapi kegep juga kalo ada perhatian yang mampir.

Jatuh cinta itu indah, gampang, dan...tapi percaya..bakal ada ketakutan-ketakutan tersendiri pada saat jatuh cinta. Yang paling mendasar deh, takut ditolak dengan alasan apapun. Gak cocok dan gak sepaham adalah alasan paling sering nongol kempermukaan. Ya wajarlah, gak bakal sejalan walaupun yang cowok ganteng dan yang cewek cantik, satunya berzodiak Pisces dan yang satunya lagi berzodiak kuda (emang ada gitu?) tapi kalo gak sepaham, sama aja. Berjalan di atas rel masing-masing tapi gak saling bergandengan adalah perjalanan sebuah hubungan yang gak wajar.

Mencintai seseorang memiliki ketakutan yang lebih wajar daripada ketakutan-ketakutan gue yang lain. Gue takut jatuh cinta kepada wanita ini, wajar. Ada perasaan yang gak normal. Ketakutan yang..entah apa namanya, yang jelas seperti ada yang harus gue takutin kalo gue jatuh cinta dengan wanita ini. Sebisa mungkin gue akan berusaha mulai menghindar. Bukan menghindari orangnya, tapi menghindari perasaan gue yang gak sopan karena sering muncul tanpa ijin, jatuh cinta.

Dengan definisi ketakutan yang berbeda, bagi gue, dunia memang berjalan diluar kemampuan nalar kita. Sulit ditebak. Tapi setidaknya, ketakutan adalah alasan untuk tetap bisa memikirkan jika hal-hal yang kita takutin akan membuat kita mengenalnya lebih dekat, bahkan akan membuat kita menjadi lebih baik. Insya Allah. :))

Oya..gue baru sadar, ternyata gue bisa membuat artikel dengan tema yang bener gini. Agak kebanting sih, gue yang biasa nyeleneh bego tiba-tiba bisa ngetik yang kesannya terlalu serius. Siapapun yang baca, artikel ini dibuat penuh dengan kesadaran. Intinya, gue cuman numpang curhat aja. Gak lebih, hehehe... :D

0 omongan:

Posting Komentar

Pages