Kerennya Galau ala Pengamen

on Kamis, 19 Januari 2012
Banyak orang-orang menganggap penyakit galau itu hanya bisa menyerang anak-anak gaul berbehel yang doyan nongkrong di Sevel. Mungkin banyak orang mengira kalo galau itu cuma bisa diderita oleh orang-orang yang putus cinta.

Tapi sedikit yang tau kalo anak kost ngenes yang doyan ngutang di warung depan juga bisa galau. Justru orang-orang species kayak gini yang rentan galau. Apa lagi galau karena urusan perut, anak kost jenis ini bisa melakukan hal-hal ekstrem. Kalo udah galau gara-gara lapar, mereka bisa ngutang indomie dengan jumlah yang gak sedikit, 2-3 bungkus. Puncaknya pas akhir-akhir bulan dimana dompet udah hampa dan kosong. 

Jika galau anak kost ngenes ini terus berlanjut, bisa dipastikan warung-warung di depan kost sukses gulung tikar. Anak kost ngenes seperti ini sangat merugikan orang lain dan hina sekali.

Tapi segalau-galaunya gue, gue gak pernah melampiaskan ke-galau-an dengan hal-hal di atas apalagi melakukan maksiat dengan berjudi, minum-minuman keras, dan memperkosa kucing anak kost sebelah. 

Kalo gue galau, biasanya gue mendadak lapar. Warung-warung depan kost gue bakal jadi pelampiasan ke-galau-an gue ini. Dan tetep, ngutang dulu di sana. Biasanya sih gue ngutang Indomie.

Galau memang gak mengenal waktu dan tempat.
Hari Sabtu, tepatnya seminggu yang lalu. Malam hari, sekitar jam 7, gue udah siap ke rumah temen SD gue buat nganter request2an bahan tugas-tugas kuliahnya yang gue cari lewat internet. Tapi sesampainya gue di rumahnya, dia gak ada. Kata ibunya, dia baru aja keluar nyari makan sama kakaknya. Gue langsung pamitan pulang walaupun ibunya memaksa gue buat menunggu dia pulang. Gue hobi futsal, bukan hobi nunggu,. Lagian masih ada hari besok buat ke rumahnya dia lagi.

Sebelum balik ke kost, gue mampir bentar ke pedagang bakso di Pasar Kreneng. Bakso langganan gue pas masih kecil dulu. Tampang penjualnya terlihat tua seiring dengan gerobaknya yang makin kusam karena bekas pembakaran kompor yang menyala. 

Gue pesen satu porsi. Belum aja gue menuangkan kecap dan saos ke bakso gue yang kuahnya masih terlihat bening, tiba-tiba datang seorang pemuda lusuh dengan style rambut belah pinggir sambil membawa gitar, lengkap dengan stiker SLANK yang menempel tepat di dekat lubang gitarnya. Awalnya gue pikir dia juga ikutan makan di sini. Gue cuek aja. Tapi, gak ada angin, gak ada ujan, gak ada Krisdayanti dan Raul Lemos, si pemuda tanpa identitas ini berdiri tepat di belakang gue, dan bernyanyi :

"Lebih baik kau bunuh, aku dengan pedangmu..asal jangaaaaan, kau bunuh aku dengan cintamu.."

Gajah kayang!! ngamen dia!!

Diiringi dengan nada gitarnya yang beraroma dangdut. Mendadak kuping gue bergetar hebat. Gue suka cara dia mengekspresikan dirinya melalui lagu dangdut, tapi gak harus teriak-teriak di kuping gue kali! Gue mendadak galau. 

Lirik lagu dangdut (yang gue gak tau sapa penciptanya) sukses membuat selera gue terhadap bakso hilang. Ini seperti mantra penunda lapar. Gue nuangin kecap dengan rasa dilema dan menuangkan saos dengan rasa galau. Ini Andy Lau, antara dilema dan galau. 

"Lebih baik aku mati di tanganmu Daripada aku mati bunuh diri.."

Lanjut lirik yang keluar dari mulut pengamen ini. 'Diliat dari lagunya dibarengi dengan tampangnya yang terlihat melas, jangan-jangan ini pengamen yang lagi lapar dan galau?' kata gue dalam hati. Entah mengapa mendadak hati gue terenyuh. Karena gak ingin kuping gue berdarah-darah secara berlebihan, sebelum dia melanjutkan ke lirik yang bakal membuat gue kejang-kejang hebat, gue buru-buru ngeluarin duit seribu dengan harapan dia berhenti nyanyi.

Setelah gue ngasi duit seribu, eh dia malah ngulang lirik pertama, kali ini suaranya lebih brutal!

"LEBIH BAIK KAUUU BUNUUUUH, AKU DENGAN PEDANGMUUUU, ASAAAL JANGAAAAN KAU BUNUH AKU DENGAN CINTAMUUUU.."

Ebuset! Gue gak bawa pedang, gue cuma megang garpu, lo mau gue tusuk pake garpu!

Duit seribu yang gue kasi barusan tadi sepertinya telah membangkitkan jiwanya untuk lebih semangat bernyanyi. Kalo gini terus, penyakit ayan gue bisa kumat. Gue pasrah. -__-

Di saat terdesak kayak gini, gue menyesal kenapa gue gak punya pedang peninggalan jaman Jepang supaya bisa nebas-nebas tubuh pengamen ini. Tapi berhubung gue gak punya samurai dan gue gak bisa bunuh dia dengan cinta (karena gue emang gak cinta dengan dia), gue berharap kuah bakso panas ini ini bisa membuat mulutnya melepuh dan berhenti bernyanyi.

Gue pasrah lagi. -__-

Perlahan, petikan gitar si pengamen sepertinya udah sampai ke nada akhir. Sambil makan bakso yang udah hangat, gue lihat si pengamen ini pergi dan membungkukkan setengah badannya sambil mengucapkan terima kasih. Sebagai seorang pengamen, dia terlihat cukup sopan. tapi tetap, kuping gue masih trauma.

Sejenak gue berpikir, kenapa di lirik itu si pencipta lagu lebih memilih di bunuh dengan pedang daripada di bunuh dengan cinta? Apa cinta itu lebih mematikan dan lebih tajam dari pedang?

Ada benarnya juga sih, dari sisi positif, cinta itu bisa membunuh sifat-sifat buruk kita. Kita cinta dengan seseorang dan itu "memaksa" kita untuk menyembunyikan sifat-sifat buruk kita supaya dia mampu mencintai kita juga. Kita pemarah, pemalu, suka kencing sembarangan, sifat seperti itu kita tutup serapat mungkin. Dia gak boleh tau demi menumbuhkan cinta dia ke kita. Seiring dengan berjalannya waktu, sifat-sifat buruk itu akan terbunuh karena kebiasaan kita untuk menyembunyikannya. 

Cinta itu juga bisa membunuh dalam arti negatif. Perasaan-perasaan negatif hati ketika kita curiga, cemburu, diselingkuhin, disakiti, dan diputusin dengan seseorang yang kita cintai, secara tidak sadar, perasaan seperti itu akan mengurung jiwa seseorang (kebanyakan) untuk berpikir buruk. Cinta perlahan berubah menjadi tidak suka, kemudian beralih ke perasaan benci. Cinta yang dibungkus dengan rasa benci perlahan lahan akan membunuh perasaan cinta itu sendiri. Cinta yang melahirkan rasa benci itu lebih berbahaya dari sebilah pedang. Cinta yang terbunuh karena cinta.

Jika pedang setelah terhunus masih bisa dengan mudah diletakkan kembali ke sarungnya, tidak demikian dengan cinta. Jika cinta sudah terhunus, gak ada yang bisa menghalangi tebasannya, karena cinta bisa membunuh logika dan akal sehat yang berusaha menghalanginya. Pedang bisa berkarat,usang, dan gak berguna lagi. Cinta bisa tumbuh terus menerus sepanjang hidup. Tapi terkadang cinta itu sama kayak pedang ya, gak semua orang punya dan gak semua orang pandai menggunakannya.

0 omongan:

Posting Komentar

Pages